|

Oleh : H. Muh. Lutfi Tharodli, S.sos.I.M.Pd.I.
Direktur LPPSDM
BKPRMI Kota Mataram dan Guru Bahasa Arab di MTs N 1 Mataram
Piala dunia untuk pertandingan
sepak bola memang menghebohkan, hal ini terbukti sebelum piala dunia
berlangsung di berbagai belahan dunia diadakan penyambutan yang semarak. Toko-toko yang menjual baju kaos
kesebelasan masing-masing negara laris terjual, ratusan,ribuan bahkan mungkin
jutaan bola-bola plastikpun laris manis. Dari kota sampai desa masyarakat dari
kalangan anak-anak, remaja, pemuda sampai aki-aki seperti terhipnotis dengan
bola, stasiun-stasiun televisi bahkan tidak absen mengiklankan tentang bola.
Pertandingan
bola memang mengagumkan, para sporter rela berkorban demi membela tim jagoannya,
rambut digundulin, muka dicat dengan gambar bendera tim kebanggaannya dan
berbagai polah tingkah yang terkadang menggelikan. Lebih-lebih di bula Ramadhan
tahun ini, banyak yang menyibukkan malam-malamnya dengan mentadaruskan bola,
sampai lupa mentadarus dan mengkhatam al-Qur'an.
Bola
bisa membuat orang lupa segala, lupa shalat, lupa makan, lupa minum,lupa
saudara, bahkan ingin buang air pun jadi tertahan agar jangan sampai terlewatkan
sedikitpun pertandingan bola tim yang dijagokan. Aneh memang, seseorang bisa
bertahan berjam-jam bahkan khusyuk menonton pertandingan bola tetapi tidak
bertahan lama apalagi khusyuk dalam shalat dan membaca al-Qur'an, lebih
mengetahui sejarah bola dari pada sejarah dakwah nabi, lebih kenal nama pemain
bola dari pada nama para sahabat nabi, lebih paham aturan pertandingan bola
dari pada peraturan agama, lebih fasih berbicara bola dari pada membaca
Al-Qur’an, dan lebih rela meninggalkan shalat dari pada meninggalkan menonton
pertandingan sepak bola.
Pertandingan
bola tiba, bandar judipun menjadi riang. Pecandu-pecandu judi mulai mengecek
isi kantongnya dan mulai mencari dukun untuk meramal tim mana yang bakal
menang, sampai-sampai gurita tiada berakal dijadikan juru ramal. Pertandingan
bola melahirkan penjudi-penjudi baru yang berlebel penjudi kelas tri yang
taruhannya di bawah garis kemiskinan dan mengistiqomahkan penjudi-penjudi kelas
kakap yang taruhannya sampai berjuta-juta rupiah.
Bola
memang mengasyikkan tetapi janganlah keasyikan melupakan kita dengan akhirat,
melupakan saudara-saudara kita di Palestina yang sekarang sedang bermain dengan
tank-tank Israel, bermain dengan timah-timah panas yang siap merenggut nyawa,
bermain dengan kelaparan, bermain dengan kegelapan, bermain dengan dengan
bola-bola panas yang siap meledak. Kita memekikkan gol lantaran tim kesebelasan
kita menang tetapi belum tentu kita kelak akan selamat selama di hati kita
tidak peduli dengan nasib saudara-saudara kita di Palestina. Renungkanlah wahai
saudaraku!!!
Silahkan
anda menonton pertandingan sepak bola asal jangan lupa ibadah apalagi melanggar larangan Allah, karena pada hakikatnya di dalam pertandingan
sepak bola ada pelajaran yang positif
yang perlu kita petik. Jika anda menonton pertandingan sepak bola anda bisa
menambah keimanan anda. Lihatlah wajah masing-masing penonton sepak bola tiada
yang sama, kembalikan semua itu kepada kebesaran dan kekuasaan Allah bahwa
Allahlah yang sanggup menciptakan berbagai macam bentuk wajah niscaya anda akan
merasa maha kecil di hadapan Sang Penguasa Allah SWT.
Di
dalam permainan sepak bola kita diajarkan agar tidak egois, kita diajarkan
bekerjasama untuk mencapai kemenangan bersama. Penjaga gawang menjaga gawang
agar tidak jebol, back menjaga serangan lawan agar pertahanan tidak tembus,
pemain tengah mengoper bola yang
manis kepada penyerang,dan penyerang
berusaha mengegolkan bola ke gawang lawan. Tetapi kalo semua pemain satu tim
egois alias tidak sehati tidak ada saling oper dan semua pemain masing-masing mau mengegolkan bola maka pasti
akan berujung kekalahan.
Demikian
juga dengan hidup beragama, sekalipun profesi berbeda-beda tetapi masing-masing
jika memiliki tujuan yang sama yaitu meninggikan kalimah Allah maka niscaya
kita akan saling membantu untuk kemuliaan agama ini. Oleh karena itu, yang kaya
mengoper hartanya untuk kemaslahatan agama, Para ulama mengoper ilmunya untuk
kejayaan Islam, yang ahli dzikir berdoa untuk Islam, yang jadi penguasa
berusaha adil demi Islam, para mujahidin memperjuangkan Islam dengan senjatanya
dan seterusnya. Jangan sampai terbalik
jangan yang jahil berlagak jadi ulama.
Jadi,
petiklah hikmah dalam pertandingan sepak bola, jangan hanyut dengan sepak bola karena
sepak bola hanyalah sebuah permainan yang kalau tidak disikapi dengan keimanan
dan ketaqwaan niscaya kita sendirilah
yang dipermainkan bola. Jika kita dipermainkan bola maka akan menjadi gila bola,
kalau terlanjur gila bola niscaya kita menjadi lupa agama, jika lupa agama
niscaya siap dinanti neraka. Naudzubillah min dzalika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar